a.
Kerajaan Medang
Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan bukan merupakan kelanjutan
Kerajaan Mataram Kuno. Medang Kamulan tetap merupakan kerajaan tersendiri
karena diperintah oleh dinasti baru, yakni Dinasti Isyana. Dinasti Isyana
memerintah selama satu abad sejak tahun 929.
Sejak berdiri dan berkembangnya Kerajaan Medang
Kamulan, terdapat beberapa raja yang memerintah di kerjaan ini. Raja-raja tersebut
adalah sebagai berikut.
1)
Mpu Sindok
Mpu Sindok merupakan raja pertama dari Kerajaan Medang
Kamulan. Ia memerintah selama dua puluh tahun. Dalam memerintah, ia dibantu
oleh permaisurinya Sri Wardhani Kbi. Saat memerintah, Mpu Sindok bergelar
Maharaja Rakai Hino Sri Isyana WIkrama Dharmatunggadewa.
Mpu Sindok memerintah dengan adil dan bijaksana. Untuk
kemakmuran rakyatnya, ia membangun bendungan atau tanggul untuk pengairan.
Kehidupan beragama berjalan dengan baik. Meskipun beragama Hindu, Mpu Sindok memerintahkan
usaha penggubahan kitab Buddha Mahayana menjadi kitab Sang Hyang Kamahayanikan. Perhatian itu menunjukkan agama Hindu dan
Buddha dapat hidup berdampingan secara alami.
2)
Dharmawangsa Teguh
Dharmawangsa Teguh adalah cucu Mpu Sindok. Selama memerintah
ia berusaha mematahkan kekuasaan Sriwijaya. Pada tahun 1003, Dharmawangsa Teguh
mengirim tentaranya untuk merebut pusat perdagangan di Selat Malaka dari tangan
Sriwijaya. Serangan itu mengalami kegagalan, bahkan kerajaan Sriwijaya melalui
Kerajaan Wurawari yang merupakan kerjaan bawahannya berhasil melakukan serangan
balik. Akibat dari sengan itu, Kerajaan Medang Kamulan mengalami kehancuran.
Dalam peristiwa yang disebut Pralaya
Medang itu, Dharmawangsa Teguh Gugur.
3)
Airlangga
Airlangga adalah putra Raja Udayana dan Mehendradatta
(saudara perempuan Dharmawangsa Teguh), ia dinikahkan dengan putri Dharmawangsa
Teguh. Saat pesta pernikahan itulah terjadi Pralaya
Medang. Ditengah keributan, Airlangga berhasil melarikan diri kehutan
bersama pengikutnya yang setia, Narottama. Setelah merasa kuat, Airlangga
kembali ke Kerajaan Medang Kamulan dan berhasil menjadi penguasa di sana pada
tahun 1019. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Kerajaan Medang
Kamulan. Secara berturut-turut, Airlangga kembali menaklukkan raja-raja yang
sebelumnya menjadi vassal semasa
pemerintahan Dharmawangsa Teguh. Raja Bisaprabhawa berhasil ditaklukkan pada
tahun 1029; Raja Wijayawarman dari Wengker ditaklukkan pada tahun 1030; Raja
Adhamapanuda ditaklukkan pada tahun 1031; dan Kerajaan Wurawari ditaklukkan
pada tahun 1035. Setelah kewibawaan kerajaan berhasil dipulihkan, Airlangga
memindahkan pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke Kahuripan.
Guna memperbaiki kesejahteraan rakyat, Airlangga
melakukan tindakan sebagai berikut.
-
Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh yang letaknya di
muara Sungai Brantas
-
Membangun Waduk Waringin Sapta untuk mencegah banjir
-
Membangun jalan yang menghubungkan daerah pesisir
dengan pusat kerajaan
Berkat jerih payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai
kejayaan dan kemakmuran. Pengalaman hidup dan keberhasilan Airlangga itu secara
indah dan simbolik dikisahkan dalam kitab Arjunawiwaha
yang ditulis Mpu Kanwa.
Kebijakan Airlangga
tampak dari perhatiannya terhadap para Brahmana yang menggemblengnya
selama pengembaraan di hutan. Ia mendirikan bangunan suci untuk para Brahmana
di Pucangan. Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan mundur dari
pemerintahan dan menjadi petapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga
meninggal pada tahun 1049.
0 Comment to "Tatanan Politik dan Birokrasi Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia #3"
Post a Comment
Jika ada pertanyaan, link mati, dan ucapan terima kasih, silahkan isi di kotak komentar...