Saturday, July 6, 2019

Tatanan Politik dan Birokrasi Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia #3



a.      Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan bukan merupakan kelanjutan Kerajaan Mataram Kuno. Medang Kamulan tetap merupakan kerajaan tersendiri karena diperintah oleh dinasti baru, yakni Dinasti Isyana. Dinasti Isyana memerintah selama satu abad sejak tahun 929.
Sejak berdiri dan berkembangnya Kerajaan Medang Kamulan, terdapat beberapa raja yang memerintah di kerjaan ini. Raja-raja tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Mpu Sindok
Mpu Sindok merupakan raja pertama dari Kerajaan Medang Kamulan. Ia memerintah selama dua puluh tahun. Dalam memerintah, ia dibantu oleh permaisurinya Sri Wardhani Kbi. Saat memerintah, Mpu Sindok bergelar Maharaja Rakai Hino Sri Isyana WIkrama Dharmatunggadewa.
Mpu Sindok memerintah dengan adil dan bijaksana. Untuk kemakmuran rakyatnya, ia membangun bendungan atau tanggul untuk pengairan. Kehidupan beragama berjalan dengan baik. Meskipun beragama Hindu, Mpu Sindok memerintahkan usaha penggubahan kitab Buddha Mahayana  menjadi kitab Sang Hyang Kamahayanikan. Perhatian itu menunjukkan agama Hindu dan Buddha dapat hidup berdampingan secara alami.
2)      Dharmawangsa Teguh
Dharmawangsa Teguh adalah cucu Mpu Sindok. Selama memerintah ia berusaha mematahkan kekuasaan Sriwijaya. Pada tahun 1003, Dharmawangsa Teguh mengirim tentaranya untuk merebut pusat perdagangan di Selat Malaka dari tangan Sriwijaya. Serangan itu mengalami kegagalan, bahkan kerajaan Sriwijaya melalui Kerajaan Wurawari yang merupakan kerjaan bawahannya berhasil melakukan serangan balik. Akibat dari sengan itu, Kerajaan Medang Kamulan mengalami kehancuran. Dalam peristiwa yang disebut Pralaya Medang itu, Dharmawangsa Teguh Gugur.
3)      Airlangga
Airlangga adalah putra Raja Udayana dan Mehendradatta (saudara perempuan Dharmawangsa Teguh), ia dinikahkan dengan putri Dharmawangsa Teguh. Saat pesta pernikahan itulah terjadi Pralaya Medang. Ditengah keributan, Airlangga berhasil melarikan diri kehutan bersama pengikutnya yang setia, Narottama. Setelah merasa kuat, Airlangga kembali ke Kerajaan Medang Kamulan dan berhasil menjadi penguasa di sana pada tahun 1019. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Kerajaan Medang Kamulan. Secara berturut-turut, Airlangga kembali menaklukkan raja-raja yang sebelumnya menjadi vassal semasa pemerintahan Dharmawangsa Teguh. Raja Bisaprabhawa berhasil ditaklukkan pada tahun 1029; Raja Wijayawarman dari Wengker ditaklukkan pada tahun 1030; Raja Adhamapanuda ditaklukkan pada tahun 1031; dan Kerajaan Wurawari ditaklukkan pada tahun 1035. Setelah kewibawaan kerajaan berhasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke Kahuripan.
Guna memperbaiki kesejahteraan rakyat, Airlangga melakukan tindakan sebagai berikut.
-          Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh yang letaknya di muara Sungai Brantas
-          Membangun Waduk Waringin Sapta untuk mencegah banjir
-          Membangun jalan yang menghubungkan daerah pesisir dengan pusat kerajaan
Berkat jerih payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Pengalaman hidup dan keberhasilan Airlangga itu secara indah dan simbolik dikisahkan dalam kitab Arjunawiwaha yang ditulis Mpu Kanwa.
Kebijakan Airlangga  tampak dari perhatiannya terhadap para Brahmana yang menggemblengnya selama pengembaraan di hutan. Ia mendirikan bangunan suci untuk para Brahmana di Pucangan. Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan mundur dari pemerintahan dan menjadi petapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049.

Share this

0 Comment to "Tatanan Politik dan Birokrasi Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia #3"

Post a Comment

Jika ada pertanyaan, link mati, dan ucapan terima kasih, silahkan isi di kotak komentar...