a.
Kerajaan Kediri
Sepeninggal Airlangga, Kerajaan Medang Kamulan dibagi
menjadi dua, yaitu Kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahiripan dan Kerajaan
Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Daha.
Maksud Airlangga membagi kerajaan menjadi dua adalah untuk mencegah perang saudara. Tetapi upaya tersebtu mengalami kegagalan. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi pertikaian antara Jenggaa dan Kediri. Perseteruan ini berakhir dengan kekalahan Jenggala. Dua kerajaan tersebut kembali dipersatukan di bawah kekuasaan Kediri.
Maksud Airlangga membagi kerajaan menjadi dua adalah untuk mencegah perang saudara. Tetapi upaya tersebtu mengalami kegagalan. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi pertikaian antara Jenggaa dan Kediri. Perseteruan ini berakhir dengan kekalahan Jenggala. Dua kerajaan tersebut kembali dipersatukan di bawah kekuasaan Kediri.
Beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri
adalah sebagai berikut.
1)
Samarawijaya
Pemerintahan Samarawijaya ini tidak banyak diketahui.
Kemungkinan besar dialah yang mengalahkan Mapanji dari Kerajaan Jenggala.
Perang saudara yang berlarut-larut membuat pemerintahan masa awal Kediri
menjadi tidak stabil. Baru pada tahun 1117, Kerajaan Kediri muncul kembali
dalam sejarah.
2)
Sri Bameswara
Pada masa pemerintahannya, Raja Bameswara (1117-1130)
banyak meninggalkan prasasti. Akan tetapi, prasasti itu lebih banyak mengenai
urusan keagamaan sehingga perkembangan pemerintahannya tidak banyak diketahui.
3)
Jayabaya
Pengganti Bameswara adalah Jayabaya. Dibawah
pemerintahnnya, Kediri mencapai kejayaan. Kediri dan Jenggala dapat
dipersatukan kembali. Keberhasilan dan kemenangan Jayabaya itu diabadikan dalam
kitab Baratayudha yang ditulis oleh
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Keberhasilan Jayabaya itu mengingatkan keberhasilan
Airlangga sehingga ia dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu, seperti
Airlangga. Ia menggunakan lencana kerajaan bernama narasingha. Selain sebagai pemimpin politik yang ulung, Jayabaya
termasyhur dengan ramalannnya. Ramalan ini dikumpulkan dalam saru kitab yang
berjudul Jangka Jayabaya. Dalam
ramalannya, Raja Jayabaya menyebutkan beberapa hal seperti seorang ratu adil
yang akan memerintah Indonesia.
4)
Kertajaya
Kertajaya adalah raja terakhir Kediri, ia naik takhta
menggantikan Kameswara. Lencana kerajaannya adalah sangka (siput terbang) dan garudamukha.
Pada masa pemerintahannya keadaan Kediri tidak aman. Hal ini disebabkan terjadi
pertentangan antara raja dengan kaum Brahmana. Mereke menganggap Kertajaya telah melanggar agama karena memaksa mereka
untuk menyembahnya sebagai dewa. Akibatnya, kaum Brahmana banyak yang lari dan
meminta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok sebagai Akuwu
Tumapel. Perseteruan ini memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter pada tahun
1222. Dalam pertempuran itu, Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya. Peristiwa
itu menandai berakhirnya Kerajaan Kediri.
Sistem birokrasi dan keadaan masyarakat Kerajaan
Kediri diketahui dari berita Cina, yaitu dari kitab Ling-wa-tai-ta yang ditulis oleh Chou ku Fei pada tahun 1178 dan
kitab Chu-fhan-chi yang disusun oleh
Chau ju Kua pada tahun 1225. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa kekuasaan
tertinggi di Kediri berada di tangan raja. Dalam menjalankan pemerintahannya,
raja dibantu oleh mahamantri yang terdiri dari rakryam i hino, rakryan I halu, dan rakryan i sirikan, ketiga pejabat ini merupakan putra atau kerabat
raja. Selain itu juga ada tiga pejabat kerajaan yang bergelar rakryan kanuruhan, rakryan mahamantri I rangga, dan rakryan maha patih.
b.
Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari berdiri pada tahun 1222. Berdirinya
kerajaan ini berawal dari keberhasilan Ken Arok menggulingkan penguasa Tumapel
yang bernama Tunggul Ametung. Ketika itu Tumapel menjadi bagian dari penguasa
Kerajaan Kediri. Kedudukan Ken Arok semakin meningkat setelah mendapat dukungan
dari kalangan Brahmana untuk memberontak melawan Kediri yang dipimpin oleh Raja
Kertajaya.
Kekalahan Kediri di desa Genter mengakibatkan tidak
ada lagi kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur. Hal ini memberi peluang bagi Ken
Arok mendirikan kerajaan baru di Tumapel. Kerajaan tersebut diberi nama
Singasari. Kerajaan Singasari yang pernah menguasai sebagian besar wilayah
Nusantara pernah diperintah oleh raja-raja seperti berikut ini.
1.
Ken Arok
Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar Sri Ranggah
Rajasa Sang Amurwabhumi. Ia mendirikan dinasti yang bernama Girindrawangsa.
Pendirian dinasti itu bertujuan membersihkan kehidupan masa lalu Ken Arok.
Perlu diketahui, Ken Arok dapat menjadi raja setelah melakukan beberapa
tindakan tercela seperti membunuh Mpu Gandring, Tunggul Ametung, mengawini
istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes, dan melepaskan diri dari
kekuasaan Kediri. Pendirian dinasti itu juga bertujuan agar keturunan Ken Arok
tidak ternoda oleh berbagai tindakan tercela yang pernah dilakukannya. Ken Arok
memerintah Singasari selama lima tahun. Masa pemerintahannya berakhir tragis.
Ia terbunuh oleh Anusapati, anak dari hasil perkawinan Ken Dedes dengan Tunggul
Ametung. Lebih tragis lagi, ia dibunuh dengan keris yang digunakannya untuk
membunuh Tunggul Ametung.
2)
Anusapati
Anusapati menjadi raja kedua Singasari menggantikan
Ken Arok. Meskipun memerintah cukup lama, hampir tidak ada perubahan yang
dilakukan selama memerintah. Anusapati tenggelam dalam kegemarannya menyabung
ayam.
3)
Tohjaya
Tohjaya hanya memerintah beberapa bulan, karena adanya
kemelut politik. Ranggawuni, putra Anusapati menuntut ha katas takhta
Singasari. Ia didukung oleh Mahesa Campaka, cucu dari perkawinan Ken Arok dan Ken
Dedes. Semakin kuatnya dukungan terhadap Ranggawuni dan Mahesa Campaka membuat
kedudukan Tohjaya dapat digulingkan.
4)
Wisnuwardhana
Ranggawuni naik takhta Singasari dengan gelar
Wisnuwardhana. Dalam menjalankan tugasnya ia dibantu oleh Mahesa Campaka yang
bergelar Narasinghamurti. Mereka berdua memerintah Singasari secara
besama-sama, Wisnuwardhana sebagai raja dan Mahesa Campaka sebagai ratu angabhaya. Pemerintahan kedua
pemimpin tersebut membawa Singasari pada keamanan dan kesejahteraan. Ditengah
pemetintahannya, Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara sebagai yuvaraja atau raja muda. Pengangkatan
itu bertujuan menyiapkan Kertanegara menjadi raja yang cakap. Wisnuwardhana
adalah satu-satunya Raja Singasari yang meninggal secara wajar (tidak dibunuh).
5)
Kertanegara
Kertanegara merupakan raja terbesar sekaligus raja
terakhir Singasari. Semasa pemerintahan Kertanegara, system birokrasi Kerajaan
Singasari mengalami perubahan. Di samping sebagai kepala pemerintahan, raja
juga menjadi pemimpin keagamaan (cangkadava).
Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Kertanegara dibantu oleh tiga orang
mahamantri, yaitu mahamantri i hino,
mahamantri I halu, dan mahamantri i
sirikan. Dibawah tiga mahamantri ini, terdapat pula tiga orang pejabat,
yaitu rakryan mahapatih, rakryan demung, dan
rakryan kanuhurun. Sedangkan untuk
urusan keagamaan diangkat kepala agama Buddha yang dikenal dengan sebutan dharmadhyaksa ring kasongatan dan kepala
agama Hindu yang disebut dharmadhyaka
ring kasaiwan.
Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat
dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri. Politik-politik tersebut
adalah sebagai berikut.
a.
Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri yang ditempuh oleh
Kertanegara, antara lain sebagai berikut
1.
Mahapatih Raganata diganti oleh Aragani. Penggantian
itu dilakukan karena Raganata tidak setuju dengan Kertanegara untuk menyatukan
seluruh Nusantara di bawah panji Singasari. Selanjutnya, Raganata ditugaskan
sebagai adyaksa di Tumapel.
2.
Terhadap lawan politiknya, Kertanegara berbuat baik,
seperti mengangkat putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Arsharaja
menjadi menantunya. Raden Wijaya (cucu Mahesa Campaka) juga diangkat sebagai
menantunya.
3.
Guna meningkatkan keamanan dan ketertiban dalam
negeri, serta untuk mewujudkan persatuan Nusantara, Kertanegara memperkuat
angkatan perang, baik angkatan darat maupun angkatan laut.
b.
Politik Luar Negeri
Sebagai raja besar, Kertanegara
bercita-cita menyatukan seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari.
Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Kertanegara menempuh cara-cara seperti
berikut.
1.
Mengirimkan ekspedisi Pamalayu ke
Sumatra. Ekspedisi yang berangkat pada tahun 1275 itu, bertujuan menaklukkan
Kerajaan Melayu. Selain Kerajaan Melayu, Kertanegara juga menaklukkan Bali,
Pahang, Sunda, dan Gurun (Vietnam).
2.
Menjalin persahabatan dengan Raja Campa yang bernama
Jayasihawarman III. Tujuan persahabatan itu adalah untuk menahan ekpansi
Kubilai Khan dari Mongol. Kubilai Khan beberapa kali mengirim utusan keppada
Raja Kertanegara agar tunduk kepada penguasa Mongol. Karena kesal, Kertanegara
mengirim kembali utusan itu setelah dilukai. Tindakan itu membuat Kubilai Khan
murka. Ia kemudian mengirim tentaranya ke Jawa untuk menghancurkan Kertanegara.
Namun, maksud itu tidak terlaksana karena Kerajaan Singasari telah hancur
akibat pemberontakan raja bawahan yang bernama Jayakatwang.
0 Comment to "Tatanan Politik dan Birokrasi Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia #4"
Post a Comment
Jika ada pertanyaan, link mati, dan ucapan terima kasih, silahkan isi di kotak komentar...