Tuesday, January 29, 2013

Sejarah Pulau Jawa (Hanya segelintir orang yang tahu)

Sejarah ini ane ketik ma rangkum sendiri gan, setelah ane dapet crita dari 'tiyang2 sepuh' di Desa ane. Langsung aja gan..... 

  Isuk diisi, sore mati
"isuk diisi, sore mati", adalah simbol untuk pulau Jawa dahulu kala. Jauh sebelum ajaran Hindu masuk ke pulau Jawa, pulau Jawa banyak berisi makhluk2 gaib, dan yang paling berkuasa adalah makhluk gaib yang mungkin agan sudah tau, yaitu Semar, Togog, Bagong, Petruk, ama Gareng. Karena kesaktian dan keserakahan kelima makhluk gaib inilah pulau jawa dapat sebutan isuk diisi sore mati, yang maksudnya pulau jawa tidak bisa dihuni oleh manusia, jikalaupun dihuni akan terjadi pertumpahan darah diantaranya, baik karena perang ataupun bencana alam. Kelima makhluk ini berhuni mulai dari ujung barat sampai ujung timur pulau jawa, yang ane tau cuma satu tempat, tempatnya Semar, yaitu di pulau Ismoyo, pantai Balekambang,Malang.
Tempat Semayam Semar, Pulau Ismoyo
Ismoyo adalah nama asli Semar sebelum turun ke bumi (cerita pewayangan)

Aji Saka

Pasti agan taulah siapa Aji Saka dan bagaimana ceritanya, bagi yang dari luar jawa, Aji Saka adalah penemu Huruf Jawa (honocoroko) seperti kata2 sugeng rawuh diatas.
Nah ini sejarah yang ane yakin kagak semua orang tau, yaitu ketika Aji Saka menumbali tanah Jawa agar bisa dihuni manusia. Singkat cerita Aji Saka datang ke pulau jawa dan sudah menciptakan huruf Jawa. Dalam pengembaraannya dia sadar bahwa tanah Jawa tidak stabil, sering sekali darah manusia bercucuran dan akhirnya beliau tau kalau penyebabnya adalah kelima makhluk gaib diatas. Akhirnya tanah jawa ditumbali (diberi rajah dan doa) untuk bisa dihuni. Untuk tempatnya ane kagak tau gan.



Syekh Subakir
Sebuah rajah juga memiliki tanggal kadaluarsa. Dalam perkembangannya, seiring dengan waktu dan semakin ramai pulau Jawa, rajah Aji Saka tidak bisa bertahan lama dan menjadi kadaluarsa. Kembalilah keadaan dimana Jin berkuasa, hujan darah dimana-mana, bencana merajalela. Lalu pada suatu ketika datanglah waliyulloh pertama di Jawa, yaitu Syekh Subakir. Mengetahui kondisi pulau Jawa yang sulit dihuni manusia, beliau menumbali tanah Jawa dengan rajah Kolocokro di gunung Tidar (sekarang rajah ini juga banyak digunakan). Dan menjadi damai lagilah pulau Jawa kita tercinta ini. Namun seperti rajah Aji Saka, jelasnya rajah Syekh Subakir juga memiliki tanggal Kadaluarsa, pertanyaannya kapankah itu terjadi? semoga Alloh senantiasa melindungi kita semua.
Rajah Kolocokro
Gunung Tidar

Syekh Subakir bersama Semar dan Togog dalam Pewayangan



Sunan Kalijogo
Jauh setelah Syekh Subakir meninggalkan pulau jawa dan kembali ke Turki, terdapat Waliyulloh2 penerusnya, salah satunya adalah Kanjeng Sunan Kalijogo. Dalam cerita ini Sunan Kalijogo memiliki peran dalam merubah persepsi rakyat tanah Jawa tentang Semar, Togog, dan yang lain. Beliau merubah persepsi yang buruk tentang makhluk gaib tersebut menjadi persepsi yang bagus melalui kisah pewayangan. (Asal agan tau aja, kisah asli pewayangan dari india tidak ada namanya Semar beserta kawan2nya, itu hanyalah tambahan yang ditambahkan di pulau Jawa) Merubah persepsi dari jelek ke baik ini penting, karena setiap angan, setiap perkataan adalah doa. Jadi secara tidak langsung, Kanjeng Sunan Kalijogo mengajak semua penikmat wayang untuk berdoa agar tanah jawa terhindar dari kebengisan makhluk2 gaibnya.
Kanjeng Sunan Kalijogo
Pewayangan, Punokawan sebagai abdi

Cerpen: Kacamata Bima

Oleh: Didit Setyo Nugroho

Setiap kali memandang papan tulis, Ngadi selalu gelisah. Kedua matanya tidak berfungsi untuk jarak lebih dari dua meter. Ia akan melihat kearahku dan aku memberikan padanya apa yang baru kusalin dari papan tulis. Bu Asri, wali kelas kami, sudah mengizinkan Ngadi untuk mendengar saja. Setahuku Ngadi dulu pernah punya kacamata. Tetapi pecah saat bermain dengan Wahyudi dan sampai sekarang belum memiliki gantinya. Keluarga Ngadi memang hidup pas-pasan. Bapaknya seorang tukang batu. Ibunya menjual sayur dari rumah ke rumah di sepanjang bukit-bukit padas.
Karena gangguan matanya, Ngadi tidak dapat membedakan wajah orang didepannya dengan jelas. Seringkali ibu guru yang bertubuh kecil dianggap sebagai temannya. Itu membuatku merasa geli namun juga sedih.
Apabila malam tiba, aku sering membayangkan kehidupan Ngadi. Di bawah temaram lampu minyak ia mengeja huruf dalam dingin rumah bambu. Aku ingin menolong Ngadi. Tetapi aku juga tidak mau merepotkan orang lain. Apalagi ayahku sekarang tidak ada di rumah. Lama aku merenung. Tiba-tiba mataku tertumpuk pada sisa selembar kulit. Selembar kulit bahan wayang yang masih mentah.
"Ah, aku kan bisa menatah!" gumamku pada diri sendiri. Sejak Sekolah Dasar, 'membuat wayang' menjadi pelajaran tambahan yang wajib di daerahku. Tetapi hanya beberapa orang yang menekuninya sebagai pengrajin. Dulu ayahku juga pernah menjadi penatah wayang. Tetapi karena penghasilannya sedikit, Ayah nekat merantau ke Jakarta mengikuti Pak Nasir yang telah jadi kontraktor sukses. Sejak itu setiap bulan Ayah dapat mengirimiku uang sampai saat ini.
Karena pernah mengalami kehidupan miskin, aku bisa merasakan derita Ngadi.
Kulit kerbau warna cokelat itu mulai kuraba. Aku mulai memilih tokoh wayang yang akan aku buat. Akhirnya kuputuskan untuk membuat tokoh Bima.
Aku mulai memindahkan pola di atas kulit. Aku mulai menatah satu per satu ornamen yang ada pada tokoh Bima. Aku juga mencoba memasukkan jiwa ke dalamnya seperti yang pernah diajarkan ayahku dulu. Hari ketiga aku sudah mencampur cat poster. Lalu menggoreskan gradasi warna dengan hati-hati.
Setelah tujuh hari, dengan tangan kecil dan keringatku, Bima pun berdiri tegak gagah di hadapanku. Tinggal memasang penyu di rumah Pak Taru langganan Ayahku dulu. Oh ya Pak Taru adalah petugas koperasi yang menyediakan peralatan pembuatan wayang di desaku.
Pagi-pagi sekali aku membawa Bima yang telah kubungkus rapi menghadap Kepala Sekolah. Satu-satunya harapanku untuk menolong Ngadi. Sebab beliau selalu menekankan untuk tolong menolong antar sesama. Bapak Kepala Sekolah menatapku, mukanya ramah kebapakan.
"Ada apa Budi," sapa beliau. Aku sempat heran bagaimana beliau tahu namaku. Tetapi ketika kuikuti arah pandangannya aku jadi mengerti. Aku gembira seperti kehilangan kata-kata dihadapan beliau. Aku mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan pikiranku. Bapak Kepala Sekolah menanti dengan penuh kesabaran.
"Bapak pernah bercerita kalau Bima itu tokoh simbol kebaikan. Juga memiliki sikap yang baik seorang murid terhadap gurunya."
"Iya, Bapak ingat betul itu amanat pertama Bapak saat diangkat menjadi Kepala Sekolah disini," beliau meyakinkan. Aku mengambil napas lega.
"Sebelumnya mohon maaf. Saya tidak tahu apakah langkah saya ini baik atau buruk," ujarku mulai lancar bercerita. Bapak Kepala Sekolah menatapku, dengan serius memperhatikan ucapanku. "Apakah Bapak mau membeli Bima yang saya buat dengan tangan dan keringat saya sendiri?" tanyaku penuh harap. Bapak Kepala sekolah masih menatapku dengan senyum yang khas.
"Coba perlihatkan."
Aku mengeluarkan tokoh Bima dari kantong kain dan menyerahkan kepada beliau. Bapak Kepala Sekolah menimang Bima di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memainkan tangan Bima. Beliau tersenyum puas.
"Untuk apa uangnya nanti?" tanya beliau.
"Untuk membeli kacamata," sahutku mantap.
"Kacamata untuk siapa?" tanya beliau lagi.
"Untuk teman saya, Ngadi," jawabku.
Lalu tanpa diminta aku menceritakan keadaan Ngadi. Dahi beliau tampak berkerut kemudian mengangguk dan tersenyum puas. Beliau menepuk pundakku dan berucap, "Kamu pantas untuk jadi Bima!" Hatiku seperti dilambungkan pada tempat yang jauh.
"Tolong kamu panggil Ngadi kemari," perintahnya. Aku bergegas memanggilnya.
Setelah memberi beberapa pesan kepada Bapak Wakil Kepala Sekolah, beliau mengajak Ngadi dan memilihkan kacamata yang cocok untuknya. Bapak Kepala Sekolah mengambil uang dari sakunya.
Begitu Ngadi memakai kacamata wajahnya kelihatan cerah.
"Terima kasih Pak, saya bisa melihat lagi," ucap Ngadi tulus. Matanya berkaca-kaca dari balik kacamata baru yang dipakainya.
Bapak Kepala Sekolah juga tersenyum puas.
"Berterimakasihlah pada Bima. Itu hadiah dari dia."
"Bima siapa?" tanya Ngadi bingung.
"Bima Werkudara," jawabku kalem.
Matahari mulai meninggi tetapi begitu indah di mata Ngadi. *****

Monday, January 28, 2013

Peninggalan-peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam

Agama Islam tersebar di Nusantara berpengaruh besar pada  corak kehidupan masyarakat Indonesia, di antaranya di bidang kebudayaab antara lain:
A. Seni Bangunan

  1. Masjid
  2. Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam yang dibangun pada masa perkembangan agama Islam di Indonesia mempunyai ciri arsitektur yang khas yang tidak lazim kita jumpai negara-negara lain. Ciri-ciri itu diantaranya:
    • Denah masjid berbentuk persegi empat
    • Disekitar masjid dibuat kolam air untuk berwudhu
    • Mihrabnya melengkung meyerupai kalamkara
    • Mimbarnya berbentuk bunga teratai
    • Masjid-masjid tua di Indonesia umumnya beratap tupang/bertingkat-tingkat serupa meru (kayangan menurut agama Hindu) dan beberapa diantaranya bentuk atapnya berbentuk seperti kubah.
    • Umumnya masjid Agung di Indonesia menghadap alun-alun kota
    Contoh masjid kuno di Indonesia:
    • Masjid Agung Demak
    • Masjid Agung Ampel di Ampeldhenta Surabaya
    • Masjid Kudus
    • Masjid Indrapura Aceh
    • Masjid Kudus, keistimewaannya menaranya miring
    • Masjid Raya Banda Aceh
    • Masjid Raya Medan
  3. Keraton
  4. Keraton adalah tempat menghadapnya pejabat-pejabat negara kepada raja, sekaligus sebagai tempat kediaman raja beserta keluarga.
    Peninggalan sejarah berupa keraton, misalnya:
    • Keraton Kasepuhan di Cirebon
    • Keraton Kanomanan di Cirebon
    • Keraton Kasultanan Yogyakarta
    • Keraton Kasunanan Surakarta
    • Keraton Mangkunegara
    • Keraton Kasultanan Aceh
    • Keraton Sumenep Madura, dsb.
B. Batu Nisan
Nisan merupakan sebuah bentuk bangunan sebagai penanda dimakamkannya jenazah seseorang. Adapun beberapa batu nisan peninggalan sejarah Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut:
  1. Batu Nisan Malik Al saleh
  2. Batu nisan yang dibangun diatas makam Sultan Malik Al Saleh ini terdapat di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan Malik Al Saleh adalah raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Batu nisan tersebut dibuat pada tahun 635 H atau 1296 M.
  3. Batu Nisan Leran
  4. Batu Nisan Leran dibuat pada tahun 1082 M. Pada batu nisan tersebut terdapat tulisan dengan menggunakan huruf dan bahasa Arab. Dari tulisan tersebut dapat diketahui bahwa batu nisan tersebut dibuat sebagai tanda makam seorang wanita islam bernama Fatimah binti Ma'imun. Batu Nisan Leran terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur.
  5. Batu Nisan Makam Hasanuddin
  6. Makam Sultan Hasanuddin di Temalette, Gowa, Sulawesi Selatan, satu komplek dengan pemakaman raja-raja Gowa dan Tallo. Cungkup yang dibangun pada makan tersebut disebut kumbang, berbentuk kijing Kumbang terbuat dari batu-batu batangan berbentuk prisma, kemudian disusun membentuk limas terpotong dengan alas berbentuk kubus. Di dalamnya terdapat ruangan. Disitu terdapat batu nisan yang didirikan diatas makam.
  7. Batu Nisan Makam Maulana Malik Ibrahim
  8. Batu nisan ini didirikan diatas makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik Jawa TImur. Selain batu nisan di atas, di Indonesia terdapat beberapa makam peninggalan sejarah Islam. Di antaranya makam-makam yang di maksud antara lain:
    1. Makam Sunan Gunung Jati di Cirebn
    2. Makam Sunan Ampel di Surabaya
    3. Makam Sunan Drajat di Lamongan, Jawa Timur
    4. Makam Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur
    5. Makam Sunan Tembayat di Klaten, Jawa Tengah
    6. Makam Sendangdhuwur di Tuban
    7. Makam Imogiri di Yogyakarta
C. Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni menulis indah. Seni kaligrafi berkembang pada zaman kebudayaan madya. Kaligrafi berwujud tulisan indah yang merupakan komposisi huruf-huruf Arab yang biasanya berupa rangkaian dari ayat-ayat suci Al-Qur'an. Rangkaian tersebut disusun sedemikian rupa sehingga membentuk gambar yang indah, atau ukiran dari suatu tokoh, bintang, bunga maupun bentuk lain seperti tokoh wayang.
kaligrafi sering dipahatkan pada batu nisan, gapura keraton, seperti di keraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon. Peninggalan berupa kaligrafi antara lain:

  1. Kaligrafi Dewa Ganecha di Cirebon
  2. Kaligrafi pada makam Sultan Malik Al Saleh
  3. Kaligrafi pada makam Maulana Malik Ibrahim, dsb.
D. Kesusastraan

  1. Seni Sastra
  2. Seni sastra pada masa perkembangan Islam di Indonesia umumnya berkembang di sekitar Selat Malaka dan Pulau Jawa. Pada umumnya berisi ajaran khusus, misal tasawuf, filsafat, kemasyarakatan dan tuntunan budi pekerti.
    Peninggalan tersebut antara lain:
    1. Suluk. Suluk berisi ajaran tasawuf, misal: Suluk Sukarsa, Suluk Wujil dan Suluk Malang Sumurang.
    2. Syair. Misal syair perahu dan syair si Burung Pinggai karya Hamzah Fanzur
    3. Hikayat. Misal: Hikayat Amir Hamzah, Bayam Budiman, Hikayat Hangtuah, Hikayat Jauhar Manikam, Hikayat 1001 malam, dll
    4. Badah. Badah adalah cerita sejarah yang isinya cenderung bersifat cerita pada bernilai sejarah. Misal: Sejarah Negeri Kedah, Badah Tanah Jawi, Badah Gianti, Sejarah Melayu (Salawat Usalatin) dll.
    5. Kitab ajaran Budi Pekerti. Misal: Nitisuri, Nitisastra dan Astabrata
    6. Kitab tentang politik pemerintahan. Misal: Sastra Gending dan Adat Makhuta Alam.
  3. Pemikiran Sastra
  4. Karya sastra hasil pemikiran-pemikiran Islam antara lain:
    1. KaryaHamzah Fansuri
    2. Hamzah Fansuri adalah hasil tasaful terkenal dari Aceh. Ulama ini giat menyebarkan Islam di Aceh dan sekitarnya. Karya Hamzah Fansuri antara lain: Syair Si Burung Pingai, Syair Perahu dan Syair Sidang Fakir
    3. Karya Syamsudin
    4. Syamsudin as Samantri adalah murid Hamzah Fansuri. Ulama ini giat menyebarkan Islam di Aceh dan sekitarnya. Karya Syamsudin diantaranya: Mir'atul mu'minun dan mir'atul al Muhakikiina
    5. Karya Nurrudin ar-Raniri
    6. Nurudin ulama keturunan India, dari Rander (Ranir) Gujarat India. Disamping menyebarkan Islam di Aceh dan sekitarnya Nurudin juga berperan sebagai guru Agama keluarga Sultan Iskandar Thani. Karya ulama ini diantaranya: Sirat Al Mustakim, Asror al Insan fi Ma'rifati al ruh wal Rahman, Hiluz-zil dan Bustanus Salatina
    7. Karya Syeh Abdurrauf Fansuri
    8. Abdurrauf adalah ahli figh (hukum Islam) dari Aceh, berasal dari Singkel. Giat menyebarkan agama pada masa pemerintahan Sultan Syafiatuddin.
E. Seni Pertunjukan
  1. Seni Wayang
  2. Wayang di Indonesia telah ada sejak zaman Hindu. Bentuk hiburan ini sangat digemari bangsa Indonesia hingga saat ini. Pada masa perkembangan agama Islam di Indonesia, wayang sering digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Kalijaga adalah orang yang memiliki kreasi membuat wayang, sehingga wayang mempunyai bentuk seperti sekarang ini. Untuk sarana siar Islam dibuatlah cerita bernafaskan Islam. Misal cerita Dewiruci, Jimad Kalimasada, Petruk jadi Raja, Mustakaweni, dll.
  3. Seni Tari
  4. Bentuk tarian rakyat yang sering untuk siar Islam misalnya tari Debus dari Banten, Minangkabau dari Aceh, tari Seudari di Aceh, dll.
  5. Seni Musik
  6. Pertunjukan berupa seni musik diantaranya dilakukan para wali menggunakan media gamelan, yang bertujuan untuk siar Islam. Ulama yang menggunakan media gamelan misalnya: Sunan Bonang, Sunan Drajat dan Sunan Kalijaga.