Monday, March 12, 2012

Agama Hindu - Budha di Indonesia (Part 2)

Jadi bagi yang belum baca, baca terlebih dahulu link diatas.


4. Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah. Berdiri pada abad ke-8. Raja-raja yang memerintah antara lain.
v  Sanjaya atau Rakai Mataram
Raja Sanjaya berkuasa menggantikan Raja Sanna. Saat itu, Mataram Kuno hampir run-tuh. Raja Sanjaya berhasil membangun Mataram Kuno kembali. Dia juga membentuk Dinasti Sanjaya.
v  Teja Purnapana atau Rakai Panangkaran
Rakai Panangkaran menggantikan Rakai Mataram. Pada masanya Dinasti Syalendra telah mempengaruhi Mataram Kuno.
v  Panunggalan
Pada masa Raja Panunggalan berkuasa, Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Mataram bagian utara dikuasai Dinasti Sanjaya. Sedangkan bagian utara dikuasai Dinasti Syailendra.
v  Warak
v  Garung
v  Rakai Pikatan
Rakai Pikatan berhasil menyatukan Mataram Kuno kembali setelah ia melakukan perkawinan dengan Pramodawardhani (dinasti Syailendra). Karena perkawinan itu juga agama Hindu dan Budha menjadi satu dalam sebuah kerajaan.
v  Kayuwangi
v  Watuhumalang
v  Dyah Balitung
Ketika Dyah Balitung naik tahta, Kerajaan Mataram Kuno dalam keadaan terpecah be-lah. Ia berhasil menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno. Raja Dyah Balitung juga memperkenalkan jabatan baru, yaitu rakryan i hino, rakryan i halu, dan rakryan i sirikan.
v  Daksa
v  Tulodong
v  Wawa
Untuk mengatur wilayah kekuasaan, terdapat birokrasi yang terdiri dari beberapa tingkat. Pejabat tinggi sesudah raja ialah rakryan mahamentri i hino, rakryan mahamentri i halu, rakryan mahamentri i sirikan, rakryan mahamentri i wka, dan pamgat tiruan.
Pada tahun 929 M, sang raja wafat. Digantikan oleh Mpu Sendok. Kemudian pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur. Faktor penyebab pemindahan pusat kerajaan.
-          Adanya bencana alam.
-          Letaknya lebih strategis.
-          Menghindari serangan balasan dari keturunan Balaputradewa.
Bukti sejarah Kerajaan Mataram Kuno ialah prasasti Canggal, Karang Tengah, Kelurak, Kalasan, dan Mantyasih. Prasasti Mantyasih ialah prasasti peninggalan Raja Balitung. Isinya berupa nama-nama raja dari Sanjaya sampai Balitung.


5. Kerajaan Medang Kamulan
Setelah memindahkan pusat kerajaan, Mpu Sendok mendirikan kerajaan baru, yakni Medang Kemulan. Ia juga membentuk dinasti Isyana. Kerajaan ini berdiri pada tahun 929 M. Raja-raja Medang Kemulan.
v  Mpu Sendok
Mpu Sendok adalah raja pertama Medang Kemulan. Gelarnya adalah Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isyana Wikrama Dharmatunggadewa. Memerintah selama + 20 tahun. Ia memerintah dibantu permaisurinya, Sri Wardhani Kbi.
Saat pemerintahannya, kehidupan beragama berjalan baik. Meski beragama Hindu, tapi Mpu Sendok memperhatikan penggubahan kitab Budha Mahayana menjadi kitab Sang Hyang Kamahayanikan.
v  Dharmawangsa Teguh
Dharmawangsa Teguh adalah cucu Mpu Sendok. Ia selalu berusaha menghancurkan kekuasaan Sriwijaya. Pada tahun 1003 M, ia mengirim tentara untuk merebut pusat perdagangan Selat Malaka dari tangan Sriwijaya. Tapi gagal.
Pada tahun 1016 M, terjadi peristiwa Pralaya (kiamat) Medang. Saat itu, Medang Kamulan tengah mengadakan pesta pernikahan putri Dharmawangsa Teguh dengan Airlangga, putra Raja Udayana dan Mahendradatta (saudara perempuan Dharmawangsa Teguh). Saat itulah pasukan Kerajaan Wurawari yang mendapat perintah dari Kerajaan atasannya yaitu Sriwijaya menyerang. Mereka membantai semua orang. Mereka juga membakar semua bangunan yang ada. Akibatnya, Kerajaan Medang Kamulan hancur. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa Teguh gugur.
v  Airlangga
Pada saat pesta pernikahan terjadi Pralaya Medang, Airlangga berhasil melarikan diri ke hutan bersama pengikutnya yang setia, Narattoma. Setelah merasa kuat, ia kembali ke Kerajaan Medang Kamulan dan menjadi raja pada tahun 1019. Airlangga berusaha memulihkan keadaan Medang Kamulan.
Airlangga berhasil menakhlukan kerajaan-kerajaan yang semasa pemerintahan Dharmawangsa Teguh menjadi negara-negara bawahannya. Raja Bisaprabhawa berhasil ditaklukan pada tahun 1029 M, Raja Wijayawarman dari Wengker pada tahun 1030 M, Raja Adhamapanuda pada tahun 1031 M, dan Kerajaan Wurawari pada tahun 1035 M. Setelah itu, Airlangga memindahkan pusat pemerintahan ke Kahuripan.
Demi kesejahteraan rakyat, Airlangga melakukan tindakan sebagai berikut.
-          Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh yang terletak di muara Sungai Brantas.
-          Membangun Waduk Waringin Sapta.
-          Membangun jalan penghubung pesisir dengan pusat kerajaan.
Berkat kerja kerasnya, Medang Kamulan mencapai puncak kejayaannya. Pengalaman dan keberhasilan Airlangga tertulis dalam kitab Arjunawiwaha tulisan Mpu Kanwa. Airlangga juga mendirikan bangunan suci bagi para brahmana di Pucangan.
Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan mundur dari pemerintahan dan menja-di seorang pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga wafat pada tahun 1049 M.
Sebelum meninggal, Airlangga sempat membagi Kerajaan Medang Kemulan menjadi 2, yaitu Kerajaan Jenggala dengan Kahuripan sebagai pusat pemerintahan, dan Kerajaan Panjalu (Kediri) dengan Daha sebagai pusat pemerintahan melalui Mpu Baradha. Hal ini disebabkan pewaris tahta, Sri Sanggrawijaya tak mau menggantikan Airlangga. Tujuan pembagian ini untuk mencegah terjadinya perang saudara. Tapi gagal.
Peperangan antara Jenggala dengan Kediri terjadi. Peperangan berakhir setelah Jenggala mengalami kekalahan. Akhirnya Jenggala tunduk terhadap Kediri.





6.Kerajaan Kediri
Raja-raja Kediri.
v  Mapanji Garasakan
Mapanji Garasakan tetap memakai lambing Kerajaan Medang Kamulan, Garuda Mukha.
v  Samarawijaya
v  Mapanji Alanjung (1052-1059)
v  Sri Maharaja Samrotsaha
v  Sri Bameswara (1116-1135)
Bameswara menggunakan lencana Candrakapala (tengkorak bertaring di atas bulan sabit). Beliau juga banyak meninggalkan prasasti yang berkaitan dengan keagamaan.
v  Sri Jayabaya (1135-1159)
Jayabaya menggantikan Bameswara. Ia bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Saat pemerintahannya Kediri mencapai puncak kejayaan. Ia juga berhasil menyatukan Kediri dan Jenggala kembali.
Keberhasilan dan kemenangan Jayabaya tertulis dalam kitab Baratayudha. Kitab itu ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis cerita Gatotkacasraya dan Hariwangsa.
Jayabaya menggunakan lencana Narashinga. Jayabaya adalah seorang raja Kediri yang termashur dengan ramalannya. Ramalannya itu dikumpulkan dalam kitab yang berjudul Jangka Jayabaya.
v  Sarweswara (1159-1169)
Lencana yang digunakan berupa Ganecha.
v  Aryeswara (1169-1174)
v  Gandra (1181)
v  Kameswara (1182-1185)
Pada masa pemerintahannya, banyak ditulis kitab-kitab sastra. Antara lain:
-          Wratasancaya dan Kitab Lubdaka karya Mpu Tan Akung.
-          Smaradahana karya Mpu Darmaja.
v  Kertajaya (1198-1222)
Lencana yang digunakan adalah Sangka atau Siput Terbang dan Garudamukha. Pada masa Kertajaya, Kediri mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena adanya perselisi-han antara raja dengan kaum Brahmana.
Perselisihan terjadi karena Kertajaya menganggap dirinya adalah dewa. Rakyat diperin-tahkan untuk menyembahnya, termasuk para brahmana. Para brahmana yang mengang-gap Kertajaya telah melanggar agama, akhirnya meminta bantuan ke Tumapel. Saat itu Tumapel dipimpin oleh Ken Arok yang menjabat sebagai Akuwu Tumapel.
Pada tahun 1222, terjadilah pertempuran di Desa Genter. Dalam pertempuran tersebut, Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya.
Dalam kitab Ling-wa-tai-ta (1178) tulisan Chou Ku Fei dan kitab Chu-fhan-chi (1225) tulisan Chau Ju Kua, dijelaskan bahwa kekuasaan tertingi berada di tangan raja. Dalam menja-lankan pemerintahan, raja dibantu oleh mahamenteri yang terdiri dari

Share this

1 Response to "Agama Hindu - Budha di Indonesia (Part 2)"

Jika ada pertanyaan, link mati, dan ucapan terima kasih, silahkan isi di kotak komentar...