Jadi bagi yang belum baca, baca terlebih dahulu link diatas.
4. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah.
Berdiri pada abad ke-8. Raja-raja yang memerintah antara lain.
v Sanjaya
atau Rakai Mataram
Raja Sanjaya berkuasa
menggantikan Raja Sanna. Saat itu, Mataram Kuno hampir run-tuh. Raja Sanjaya
berhasil membangun Mataram Kuno kembali. Dia juga membentuk Dinasti Sanjaya.
v Teja
Purnapana atau Rakai Panangkaran
Rakai Panangkaran
menggantikan Rakai Mataram. Pada masanya Dinasti Syalendra telah mempengaruhi
Mataram Kuno.
v Panunggalan
Pada masa Raja
Panunggalan berkuasa, Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Mataram bagian utara
dikuasai Dinasti Sanjaya. Sedangkan bagian utara dikuasai Dinasti Syailendra.
v Warak
v Garung
v Rakai
Pikatan
Rakai Pikatan berhasil menyatukan
Mataram Kuno kembali setelah ia melakukan perkawinan dengan Pramodawardhani
(dinasti Syailendra). Karena perkawinan itu juga agama Hindu dan Budha menjadi
satu dalam sebuah kerajaan.
v Kayuwangi
v Watuhumalang
v Dyah
Balitung
Ketika Dyah Balitung
naik tahta, Kerajaan Mataram Kuno dalam keadaan terpecah be-lah. Ia berhasil
menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno. Raja Dyah Balitung juga
memperkenalkan jabatan baru, yaitu rakryan i hino, rakryan i halu, dan rakryan
i sirikan.
v Daksa
v Tulodong
v Wawa
Untuk mengatur wilayah kekuasaan, terdapat birokrasi
yang terdiri dari beberapa tingkat. Pejabat tinggi sesudah raja ialah rakryan
mahamentri i hino, rakryan mahamentri i halu, rakryan mahamentri i sirikan, rakryan
mahamentri i wka, dan pamgat tiruan.
Pada tahun 929 M, sang raja wafat. Digantikan oleh
Mpu Sendok. Kemudian pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur. Faktor
penyebab pemindahan pusat kerajaan.
-
Adanya bencana alam.
-
Letaknya lebih
strategis.
-
Menghindari serangan
balasan dari keturunan Balaputradewa.
Bukti sejarah Kerajaan Mataram Kuno ialah prasasti
Canggal, Karang Tengah, Kelurak, Kalasan, dan Mantyasih. Prasasti Mantyasih
ialah prasasti peninggalan Raja Balitung. Isinya berupa nama-nama raja dari
Sanjaya sampai Balitung.
5. Kerajaan Medang Kamulan
Setelah memindahkan pusat kerajaan, Mpu Sendok
mendirikan kerajaan baru, yakni Medang Kemulan. Ia juga membentuk dinasti
Isyana. Kerajaan ini berdiri pada tahun 929 M. Raja-raja Medang Kemulan.
v Mpu
Sendok
Mpu Sendok adalah raja
pertama Medang Kemulan. Gelarnya adalah Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isyana
Wikrama Dharmatunggadewa. Memerintah selama + 20 tahun. Ia memerintah
dibantu permaisurinya, Sri Wardhani Kbi.
Saat pemerintahannya, kehidupan
beragama berjalan baik. Meski beragama Hindu, tapi Mpu Sendok memperhatikan
penggubahan kitab Budha Mahayana menjadi kitab Sang Hyang Kamahayanikan.
v Dharmawangsa
Teguh
Dharmawangsa Teguh
adalah cucu Mpu Sendok. Ia selalu berusaha menghancurkan kekuasaan Sriwijaya.
Pada tahun 1003 M, ia mengirim tentara untuk merebut pusat perdagangan Selat
Malaka dari tangan Sriwijaya. Tapi gagal.
Pada tahun 1016 M,
terjadi peristiwa Pralaya (kiamat) Medang. Saat itu, Medang Kamulan tengah
mengadakan pesta pernikahan putri Dharmawangsa Teguh dengan Airlangga, putra
Raja Udayana dan Mahendradatta (saudara perempuan Dharmawangsa Teguh). Saat
itulah pasukan Kerajaan Wurawari yang mendapat perintah dari Kerajaan atasannya
yaitu Sriwijaya menyerang. Mereka membantai semua orang. Mereka juga membakar
semua bangunan yang ada. Akibatnya, Kerajaan Medang Kamulan hancur. Dalam
peristiwa tersebut, Dharmawangsa Teguh gugur.
v Airlangga
Pada saat pesta
pernikahan terjadi Pralaya Medang, Airlangga berhasil melarikan diri ke hutan
bersama pengikutnya yang setia, Narattoma. Setelah merasa kuat, ia kembali ke
Kerajaan Medang Kamulan dan menjadi raja pada tahun 1019. Airlangga berusaha
memulihkan keadaan Medang Kamulan.
Airlangga berhasil
menakhlukan kerajaan-kerajaan yang semasa pemerintahan Dharmawangsa Teguh
menjadi negara-negara bawahannya. Raja Bisaprabhawa berhasil ditaklukan pada
tahun 1029 M, Raja Wijayawarman dari Wengker pada tahun 1030 M, Raja
Adhamapanuda pada tahun 1031 M, dan Kerajaan Wurawari pada tahun 1035 M.
Setelah itu, Airlangga memindahkan pusat pemerintahan ke Kahuripan.
Demi kesejahteraan
rakyat, Airlangga melakukan tindakan sebagai berikut.
-
Memperbaiki pelabuhan
Hujung Galuh yang terletak di muara Sungai Brantas.
-
Membangun Waduk
Waringin Sapta.
-
Membangun jalan
penghubung pesisir dengan pusat kerajaan.
Berkat kerja kerasnya, Medang Kamulan mencapai puncak
kejayaannya. Pengalaman dan keberhasilan Airlangga tertulis dalam kitab
Arjunawiwaha tulisan Mpu Kanwa. Airlangga juga mendirikan bangunan suci bagi
para brahmana di Pucangan.
Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan
mundur dari pemerintahan dan menja-di seorang pertapa dengan sebutan Resi
Gentayu. Airlangga wafat pada tahun 1049 M.
Sebelum meninggal, Airlangga sempat membagi Kerajaan
Medang Kemulan menjadi 2, yaitu Kerajaan Jenggala dengan Kahuripan sebagai
pusat pemerintahan, dan Kerajaan Panjalu (Kediri) dengan Daha sebagai pusat
pemerintahan melalui Mpu Baradha. Hal ini disebabkan pewaris tahta, Sri
Sanggrawijaya tak mau menggantikan Airlangga. Tujuan pembagian ini untuk
mencegah terjadinya perang saudara. Tapi gagal.
Peperangan antara Jenggala dengan Kediri terjadi.
Peperangan berakhir setelah Jenggala mengalami kekalahan. Akhirnya Jenggala
tunduk terhadap Kediri.
6.Kerajaan Kediri
Raja-raja Kediri.
v Mapanji
Garasakan
Mapanji
Garasakan tetap memakai lambing Kerajaan Medang Kamulan, Garuda Mukha.
v Samarawijaya
v Mapanji
Alanjung (1052-1059)
v Sri
Maharaja Samrotsaha
v Sri
Bameswara (1116-1135)
Bameswara
menggunakan lencana Candrakapala (tengkorak bertaring di atas bulan sabit). Beliau
juga banyak meninggalkan prasasti yang berkaitan dengan keagamaan.
v Sri
Jayabaya (1135-1159)
Jayabaya
menggantikan Bameswara. Ia bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri
Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Saat
pemerintahannya Kediri mencapai puncak kejayaan. Ia juga berhasil menyatukan Kediri
dan Jenggala kembali.
Keberhasilan
dan kemenangan Jayabaya tertulis dalam kitab Baratayudha. Kitab itu ditulis
oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis cerita Gatotkacasraya
dan Hariwangsa.
Jayabaya
menggunakan lencana Narashinga. Jayabaya adalah seorang raja Kediri yang
termashur dengan ramalannya. Ramalannya itu dikumpulkan dalam kitab yang
berjudul Jangka Jayabaya.
v Sarweswara
(1159-1169)
Lencana
yang digunakan berupa Ganecha.
v Aryeswara
(1169-1174)
v Gandra
(1181)
v Kameswara
(1182-1185)
Pada
masa pemerintahannya, banyak ditulis kitab-kitab sastra. Antara lain:
-
Wratasancaya dan Kitab
Lubdaka karya Mpu Tan Akung.
-
Smaradahana karya Mpu
Darmaja.
v Kertajaya
(1198-1222)
Lencana
yang digunakan adalah Sangka atau Siput Terbang dan Garudamukha. Pada masa
Kertajaya, Kediri mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena adanya
perselisi-han antara raja dengan kaum Brahmana.
Perselisihan
terjadi karena Kertajaya menganggap dirinya adalah dewa. Rakyat diperin-tahkan
untuk menyembahnya, termasuk para brahmana. Para brahmana yang mengang-gap Kertajaya
telah melanggar agama, akhirnya meminta bantuan ke Tumapel. Saat itu Tumapel dipimpin
oleh Ken Arok yang menjabat sebagai Akuwu Tumapel.
Pada
tahun 1222, terjadilah pertempuran di Desa Genter. Dalam pertempuran tersebut,
Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya.
Dalam kitab Ling-wa-tai-ta (1178)
tulisan Chou Ku Fei dan kitab Chu-fhan-chi (1225) tulisan Chau Ju Kua,
dijelaskan bahwa kekuasaan tertingi berada di tangan raja. Dalam menja-lankan
pemerintahan, raja dibantu oleh mahamenteri yang terdiri dari