Friday, May 2, 2025

“Salju Abadi” di Papua Hampir Lenyap: Alarm Perubahan Iklim di Tanah Sendiri

 

Bayangkan ada salju di Indonesia—negara tropis yang terkenal panas. Aneh, ya? Tapi kenyataannya, kita pernah punya salju abadi di puncak tertinggi Indonesia: Puncak Jaya, di Papua. Sayangnya, kabar terbaru menyebutkan bahwa salju ini hampir sepenuhnya hilang.

Dulu Dingin, Sekarang Hampir Garing

Puncak Jaya—yang juga dikenal sebagai Carstensz Pyramid—dulu punya hamparan es yang bertahan sepanjang tahun. Salju ini bukan salju biasa, tapi gletser tropis, yang sangat langka di dunia. Bahkan, hanya ada beberapa lokasi di garis ekuator yang punya gletser seperti ini.

Tapi sekarang, kondisinya menyedihkan. Menurut para peneliti, gletser di Puncak Jaya tinggal sedikit sekali. Ukurannya menyusut dari puluhan kilometer persegi menjadi hanya seupil saja. Diperkirakan, dalam satu atau dua tahun ke depan, salju ini akan benar-benar hilang.

Apa Penyebabnya?

Jawabannya satu: pemanasan global.

Udara makin panas dari tahun ke tahun. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂) makin banyak di atmosfer, sebagian besar karena ulah manusia—mulai dari pembakaran bahan bakar, pembukaan hutan, hingga limbah industri.

Dampaknya terasa di mana-mana. Bukan cuma suhu naik, tapi juga hujan salju makin jarang turun. Di sisi lain, cuaca ekstrem seperti El Niño membuat pencairan salju makin cepat.

Kenapa Kita Harus Peduli?

Kalau kamu pikir, “Ah, salju hilang, terus kenapa?”, coba pikir lagi.

Salju abadi di Papua bukan sekadar es di gunung. Ia adalah jejak sejarah iklim. Lapisan-lapisan es menyimpan informasi ribuan tahun ke belakang—soal suhu, polusi, bahkan letusan gunung berapi zaman dulu.

Selain itu, gletser ini juga jadi penanda perubahan iklim yang sangat nyata. Kalau gletser di daerah tropis bisa habis, itu pertanda serius bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja.

Bagi masyarakat lokal di Papua, hilangnya salju juga berdampak pada kehidupan dan kepercayaan mereka. Pegunungan ini punya nilai spiritual dan budaya yang besar.

Jejak yang Mungkin Tak Bisa Kembali

Beberapa ilmuwan bahkan berencana untuk mengambil sampel es terakhir dari Puncak Jaya dan menyimpannya di laboratorium bawah tanah di Eropa. Tujuannya? Agar generasi mendatang masih bisa belajar dari “jejak terakhir” salju tropis yang pernah ada.

Karena ketika es itu benar-benar mencair, tidak akan ada yang bisa mengulang sejarahnya lagi.

Kadang kita terlalu sibuk memikirkan teknologi, politik, atau gosip artis, sampai lupa ada “alarm alam” yang terus berbunyi. Hilangnya salju abadi di Papua adalah salah satu alarm itu—sunyi, tapi penting.

Pertanyaannya: kita mau diam saja, atau mulai berubah?

Share this

0 Comment to "“Salju Abadi” di Papua Hampir Lenyap: Alarm Perubahan Iklim di Tanah Sendiri"

Post a Comment

Jika ada pertanyaan, link mati, dan ucapan terima kasih, silahkan isi di kotak komentar...