Wednesday, March 6, 2024

Cerpen: Pedang-pedangan

 "Ayah, kita beli pedang-pedangan yuk!" Kata Fikri

"Fikri mau pedang-pedangan? Mau yang seperti apa?" Ayah balik bertanya kepada Fikri.

"Mau yang ada sinar-sinarnya, seperti di film Star Wars. Lightsaber!" Jawab Fikri dengan semangat 45.

"Kalau Fikri mau pedang-pedangan, coba Fikri tabung uang dulu. Nanti kalau sudah terkumpul, baru kita beli. Kalau uangnya Fikri tidak cukup, biar ayah yang tambah." Jawab Ayah.

"Yah... Ayah gak asik. Minta beliin malah disuruh beli sendiri." Jawab Fikri kesal.

"Tabung saja dulu uang jajan Fikri ya, nanti ayah tambah kalau kurang." Ayah meyakinkan Fikri.

Dua minggu berlalu. Fikri terus mengumpulkan uang jajannya. Fikri mendapat uang jajan tiga ribu rupiah setiap hari saat pergi sekolah. Disekolah, dia tidak jajan, semua ditabung demi mendapatkan pedang baru.

Malam itu Fikri tidak bisa langsung tidur. Setelah belajar, dia mengkhayal sedang memainkan pedang barunya. Dia tunjukkan kepada teman-temannya. Beraksi layaknya jagoan yang ada di film. Saat sedang asik mengkhayal, terdengar bunyi suara beb beb beb dari token listrik. Ayah dan Ibu yang sedang diruang tengah segera membuka pintu rumah depan. Menekan salah satu tombol di papan meteran listrik. Bunyi beb itupun berhenti.

"Ayah, listrik dirumah kita harus segera diisi, jika tidak, besok kita tidak bisa menggunakannya."

"Iya ibu, tapi ayah belum ada uang sekarang. Mungkin besok kita baru dapat uang. Telor yang sudah ayah kumpulkan dari ternak ayam kita, belum cukup untuk dijual ke distributor." Jawab ayah kepada ibu.

Mendengar itu, Fikri keluar kamar. Dia keluar sambil memegang uang di tangannya.

"Ayah, ibu, ini uang untuk beli token. Pakai saja uang ini. Fikri bisa nabung lagi untuk beli pedang-pedangan."

"Tidak usah, nak. Ini uang kamu. Kamu sudah susah payah mengumpulkan uang ini untuk beli pedang-pedangan." Ayah menjawab.

"Tidak mengapa ayah, yang penting token kita terisi. Nanti susah jika tidak ada listrik."

Ibu Fikri memeluk anaknya. "Terimakasih ya nak. Kamu sudah dewasa." Ibu tersenyum melihat Fikri. Pun Fikri tersenyum melihat Ibu dan Ayahnya.

Keesokan harinya.

"Hore! Pedang baru! Terima kasih ayah.

"Iya, ayah juga terimakasih sama Fikri karena sudah mau kasih uang untuk beli token."

"Hore! Hore!" Fikri berlari keluar rumah. Tidak memperdulikan ucapan ayahnya.

"Habis semua telurnya, ayah?" Tanya ibu.

"Iya, bu. Mudah-mudahan selanjutnya juga begitu.

Share this

0 Comment to "Cerpen: Pedang-pedangan"

Post a Comment

Jika ada pertanyaan, link mati, dan ucapan terima kasih, silahkan isi di kotak komentar...