Putri Anggini sedang asyik bermain di taman istana. Ia matanya memandangi kupu-kupu yang hinggap di sekuntum mawar merah. Kupu-kupu itu sangat cantik. Putri Anggini mengendap untuk menangkapnya. Namun saat tangannya menyentuh sayap, kupu-kupu itu langsung terbang. Berkali-kali Putri Anggini mencoba, namun kupu-kupu itu selalu terbang dan hinggap di tempat lain.
Putri Anggini dengan semangat terus mengejarnya. Tanpa disadari ia sudah keluar dari wilayah istana dan tiba di tepi hutan. Tiba-tiba Putri melihat ada sesuatu menempel digaunnya. Ow, ternyata seekor ulat!
Putri Anggini menjerit dan berjingkrak-jingkrak. Kebetulan ia melihat sebatang sapu. Sapu siapa di pinggir hutan? Pikir Putri Anggini. Tapi, ia tak peduli lagi dan segera memukul ulat itu dengan sapu.
Setelah itu, Putri Anggini bergegas kembali ke istana. Ia menceritakan pengalamannya pada ayah ibunya. Namun, ketika Raja dan Ratu melirik sapu di tangan putrinya, keduanya sangat terkejut.
"Celaka, puteriku! Itu sapu milik Nenek Sihir!" seru Raja.
Belum hilang kekagetan mereka, tiba-tiba muncul seorang nenek menyeramkan. Tak salah lagi, itu Nenek Sihir! Sambil merebut sapunya nenek itu menggeram marah.
"Grrrmmm... Dasar anak nakal! Berani-beraninya kau mencuri sapu ajaibku. Kusihir kau. Hupsalabubsabumsasadieee! jadilah seekor kelinci!"
Putri Anggini yang malang kini berubah jadi seekor kelinci putih.
"Hehehe! Anakmu akan pulih kembali, bila memakan wortel biru!" tawa penyihir puas. Ia lalu terbang entah kemana.
Raja dan Ratu tak sempat berbuat apa-apa. Keduanya meraih anaknya yang sudah berubah wujud itu. Airmata mereka pun bercucuran. Putri Anggini pun menangis pilu saat tahu dirinya telah menjadi kelinci.
Raja segera mengadakan sayamebara. Bila ada yang bisa menemukan wortel biru, maka akan diberi hadiah emas berkarung-karung. Bila seorang pemuda, akan dinikahkan dengan Putri Anggini.
Pada suatu hari, tanpa ada yang tahu, Putri melompat-lompat keluar. Pergi ketamannya ketika sedang merenung dibawah pohon, datanglah seekor kucing. Putri Anggini ketakutan dan lari menjauh. Namun hatinya tambah ciut ketika ia dihadang oleh seekor anjing. Ia kembali sekuat tenaga. Untunglah ia bisa lolos. Tapi kini ia tersesat! Bayak pohon tinggi disekelilingnya juga terdengar suara binatang. Ternyata ia berada disebuah hutan!
Putri Anggini menangis sejadi-jadinya.
Siang berganti malam. Malam pergi berganti siang. Putri Anggini semakin tak tentu arah, tak tahu jalan pulang. Suatu sore Putri Anggini si Kelinci, sedang lahap-lahapnya makan rumput. Ia tak tahu kalau ada sepasang mata sedang mengawasinya. Dan sebuah busur panah siap diluncurkan.
Tiba-tiba putri merasa gelisah. Ia menengok kesana kemari. Terakhir matanya beradu tatap dengan sepasang mata.
Sejenak Putri tertegun! Ditengah hutan ada seorang pemuda gagah?! Namu... Oh, pemuda itu akan memanahnya. Putri gemetar ketakutan.
"Tolong, jangan bunuh aku! Tolonglah! Aku sebenarnya seorang Putri!" pintanya.
Tapi yang keluar dari mulutnya malah, "Ngiik... Ngiik!"
Untunglah pemuda itu megerti kalau kelinci ini jinak. Ia menurunkan panahnya dan mencoba menangkap putri.
Putri Anggini pasrah saja ketika pemuda itu membawanya pergi.
Ternyata pemuda itu seorang pangeran, bernama Pangeran Angga. Putri Anggini ditempatkan dibelakang istana. Pangeran Angga sangat menyayanginya. Ia bahkan memberi makan kelinci itu sendiri dan tidak menyuruh pengawalnya.
Setiap hari ia memberi kelinci jelmaan Putri Anggini wortel-wortel segar.
Namun, beberapa hari belakangan ini pangeran tak datang membawa makanan. Putri Anggini lemas menahan lapar. Ternyata diistana akan diadakan pesta ulang tahun sang Pangeran. Karena sibuk, Pangeran lupa pada kelincinya.
Begitu teringat pada kelincinya, Pangeran bergegas-gegas lari kedapur istana. Di sana ia mengambil beberapa batang wortel karena terburu-buru, kaki pangeran tersandung. Wortelnya meluncur dan tercemplung kedalam adonan kue, ketika diangkat warna wortel itu telah menjadi biru.
Putri Anggini sangat gembira saat Pangeran Angga datang. "Kelinciku sayang, maafkan aku, ya! Sekarang makanlah. Wortel ini tadi tercebur keadonan kue. Itu sebabnya jadi berwarna biru. Tapi enak kok karena ada gulanya," kata Pangeran Angga.
Tentu saja Putri Anggini tidak keberatan, dengan lahap dimakannya wortel-wortel biru itu sampai tandas.
Begitu habis... Whuss! Kelinci menghilang! Tring... Putri Anggini kembali menjadi gadis yang cantik jelita.
Pangeran sangat terkejut sekaligus terpesona. Putri Anggini menceritakan semua kejadian yang dialaminya.
Pangeran Angga lalu mengantar Putri Anggini pulang ke Negerinya. Betapa gembiranya Raja dan Ratu, orang tua Putri Anggini.
Raja menepati janjinya. Pangeran Angga dinikahkan dengan Putri Anggini.***
0 Comment to "Cerpen: Putri Kelinci dan Wortel Biru"
Post a Comment
Jika ada pertanyaan, link mati, dan ucapan terima kasih, silahkan isi di kotak komentar...